Monday, May 09, 2011

Ada 2 Umar yang sukses mensejahterakan Rakyatnya

Umar yang pertama adalah Umar Bin Abdul Aziz, seorang Kepala Negara yang berhasil mensejahterakan rakyatnya. Masa kepemimpinannya relatif tidak terlalu lama (Umar bin Abdul Aziz hanya memerintah 22 bulan), tapi saat ia memimpin, tak ada rakyatnya yang kelaparan, tak ada yang teraniaya, atau terbunuh tanpa sebab. Yang paling fenomenal adalah ketika musim zakat tiba. Saat itu, tak ada satu pun rakyatnya yang miskin dan mengaku “miskin” sehingga zakat yang dikumpulkan diberikan ke negeri tetangga.

Berikutnya adalah Umar Bin Khattab r.a. Kesederhanaan dan kepeduliaan terhadap rakyatnya tak pernah terbantahkan. Ia sendiri yang melakukan piket keliling malam untuk mengetahui keadaan rakyatnya. Menyusuri perkampungan hingga sampai ke sebuah tenda yang jaraknya sekitar 3 mil dari kota Madinah. Lalu ia melihat seorang wanita bersama anak-anaknya yang masih kecil menangis. Umar menanyakan anak itu. Wanita itu menjawab,”Mereka menangis karena lapar, Umar bertanya lagi,”Apa yang ada dalam periuk itu?” Wanita itu menjawab,”Air. Sengaja aku memasak air untukmembuat mereka diam dan tertidur.”

Wanita itu tidak menyadari bahwa yang ada dihadapannya itu adalah Khalifah Umar bin Khattab. Kemudian wanita itu berkata,”Allah menjadikan kami saksi atas perbuatan Umar, dia yang diamanahi mengurus kepentingan kami, malah melalaikan nasib kami.”

Lalu Umar bergegas ke Baitul Mal dan kembali ke tenda itu. Ia memanggul makanan diatas pundaknya sendiri. Memikul karung-karung berisi gandum dan minyak. Semua itu dilakukan sendiri oleh Umar. Ia tidak meminta bantuan orang lain. Umar berprinsip bahwa orang lain tidak mungkin menanggung dosanya pada hari kiamat nanti.

Umar memasak bahan makanan yang ia bawa untuk anak-anak itu. Wanita itu terheran-heran dengan apa yang dilakukan Umar. Lalu wanita itu berkata,”Demi Allah, Engkau lebih pantas menjadi Pemimpin kami daripada Umar.”

Kisah Umar dan penanggulangan kemiskinan, cerita Umar dan cara menangani anak-anak yang lapar, tak pernah jadi contoh bagi para pemimpin di negeri ini. Pemimpin yang baik, harusnya dia peka terhadap kebutuhan rakyatnya, dan tidak memikirkan dirinya sendiri. Sikap Presiden yang berkeluh kesah tentang gajinya yang tidak naik-naik selama 7 tahun, telah menjadi cermin ketidakpeduliannya terhadap rakyat miskin.

Mari kita bandingkan. Gaji Presiden RI sekarang, menurut Majalah The Economist, mencapai Rp.1,1 miliar per tahun (atau sekitar Rp.90 Juta per bulan). Berarti gaji itu 30 kali lipat dari pendapatan rata-rata penduduk Indonesia yang sebesar Rp.2,8 Juta. Dengan gaji sebesar itu, berarti gaji Presiden RI menduduki peringkat ketiga terbesar di dunia jika dihitung dari rasio gaji Kepala Negara terhadap pendapatan per kapita penduduknya, setelah Kenya (240 kali pendapatan per kapita) dan Singapura (40 kali).

Ini sungguh ironis. Apalagi bila kita sering mendengar cerita tentang rakyat Indonesia yang mati kelaparan. Contohnya di Jepara (Jawa Tengah), Jamhamid (45 tahun) dan istrinya Siti Sunayah (41) harus kehilangan enam anaknya. Awal tahun 2011 lalu, enam anak Jamhamid meninggal dunia setelah makan tiwul. (Tiwul itu ternyata beracun). Seusai sarapan tiwul, mereka sekarat dan akhirnya meregang nyawa (Media Indonesia, 21/1).

Mengapa mereka makan tiwul? Penghasilan Jamhamid ternyata tak cukup untuk membeli beras yang harganya sedang membumbung tinggi. Ia hanya menantongi Rp.200 ribu per minggu. Walhasil, Jamhamid hanya beli beli beras untuk 2 kali makan, siang dan malam. Sedangkan pagi harinya mereka ganjal perut dengan tiwul.

Ibarat bumi dan langit, meski sudah sering diberitakan di media-media, kasus kemiskinan dan kelaparan yang begitu mendera. Toh, pemimpin bangsa ini belum juga melek. Boro-boro mikirin rakyatnya, malah mau bangun gedung baru yang megah ditengah derita rakyatnya sendiri.

No comments: