Thursday, December 17, 2015

Kendala Non Teknis Hadang Persiapan Menghadapi MEA


Sebagai kawasan yang strategis, ASEAN berdiri pada tahun 1967 oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Kemudian menyusul Brunei Darussalam (1984), Vietnam (1995), Laos (1997) dan Kamboja (1999). Luas Negara ASEAN 4,44 Juta Km2, dengan jumlah penduduk 625 Juta Jiwa, GDP US$ 2 Miliar, diperkirakan ASEAN pada tahun 2016 akan mencapai GDP US$3 Miliar. Jalur lautnya dilewati 45% perdagangan laut dunia.


Hal menarik belakangan ini terkait ASEAN adalah pernyataan Presiden Joko Widodo pada KTT ASEAN di Myanmar pada November 2015, “Indonesia tetap berkomitmen untuk mewujudkan masyarakat ASEAN 2015, dengan tiga pilar, untuk mewujudkan masyarakat ekonomi ASEAN, diperlukan peningkatan pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN. Indonesia ingin mencapai pertumbuhan ekonomi 7% ditahun-tahun mendatang. Indonesia tidak akan membiarkan dirinya menjadi pasar semata. Indonesia harus juga menjadi bagian dari rantai produksi regional dan global”

Dengan demikian, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 memiliki 4 Pilar utama, yaitu
# Pasar dan basis produksi tunggal
# Kawasan ekonomi yang kompetitif
# Perkembangan ekonomi yang adil
# Integrasi ke ekonomi global

Indonesia berpeluang untuk lebih maju dalam menghadapi MEA ini. Karena beberapa sektor telah dibenahi pemerintah seperti pembangunan transportasi massal, pembangunan tol laut, peningkatan pembangkit listrik investasi yang lebih terbuka melalui perijinan, reformasi pembebasan lahan dan pelayanan investasi satu pintu secara terpadu. Selain itu pemerintah sedang mempersiapkan langkah-langkah strategis dibidang energi, listrik, pertanian, kelautan dan industri.

Beberapa kendala dalam menghadapi MEA 2015 yaitu adanya persepsi masyarakat yang masih negatif mengingat sosialisasi MEA 2015 belum maksimal dari pemerintah ke masyarakat. Masyarakat berpendapat bahwa dengan adanya MEA 2015 akan banyak arus barang yang masuk baik itu kebutuhan rumah tangga maupun swasta sehingga barang produksi dalam negeri bisa tersaingi dan tidak laku. Faktor konsumsi masyarakat bisa meningkat tanpa dibarengi peningkatan pendapatan yang signifikan. Tingkat pendidikan masyarakat yang tidak merata juga menjadi hambatan Indonesia terutama disektor tenaga kerja. Adanya kekhawatiran membanjirnya tenaga asing seperti dari Singapura, Malaysia dan Filipina yang kemampuan akademik maupun bahasa asing lebih diatas rata-rata. Untuk disektor infrastruktur akan lebih mudah dan murah karena adanya berbagai macam produk yang ditawarkan serta adanya pemangakasan biaya pengiriman. Sehingga kualitas infrastruktur lebih baik dan lebih cepat pembangunannya.

Beberapa pemerintah daerah belum memahami apa yang perlu dilakukan untuk menghadapi MEA 2015 terutama PEMDA yang berbatasan langsung dengan Negara ASEAN. Kurangnya sosialisasi dan adanya pergantian pemerintahan merupakan salah satu kendala untuk sosialisasi MEA 2015. Pemerintah pusat perlu melakukan koordinasi yang intensif kepada seluruh PEMDA agar kesepakatan bersama ini benar-benar sinergi sehingga hasil yang merupakan target bersama bisa tercapai tanpa adanya pihak-pihak yang dirugikan. Penanganan soasialisasi yang kurang serius dari pemerintah pusat perlu dipertajam dengan inpres atau peraturan menteri agar kordinasi dapat tercapai.#

No comments: