Thursday, November 10, 2016

Pasar Merespon Positif Aksi Bela Al-Qur’an 4 November



Aksi bela Al-Qur’an yang dilakukan jutaan masyarakat Indonesia pada hari Jumat, 4 November 2016 lalu, direspon postif oleh Pasar. Menjelang aksi, nilai tukar rupiah menguat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meningkat, investor tak merasa khawatir. Setelah aksi, tak ada gejolak ekonomi yang signifikan mempengaruhi pasar, harga komoditas bergerak dalam batas normal. 

Data Bloomberg menunjukan, rupiah terpantau terapresiasi 0,05% ke Rp.13.068 per dolar AS. Demikian juga dengan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), yang menyebutkan rupiah berada di level Rp.13.050 per dolar AS pada perdagangan hari kamis (3/11) atau sehari menjelang aksi. Posisi ini menguat delapan poin dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.

Tak ada fluktuasi ekonomi ini menunjukan pasar meyakini aksi umat Islam ini akan berlangsung damai dan tertib. Meski ada kerusuhan kecil dimalam hari, reaksi pasar tetap bergerak ke arah positif. Modal asing masih mengalir deras ke dalam negeri (capital inflow). BI mencatat, capital inflow sebesar Rp.157 triliun. Dari jumlah itu, sebanyak Rp 37 triliun masuk ke pasar saham, sedangkan sisanya mengalir ke pasar surat utang negara (SUN). Tak ada kekhawatiran di kalangan pelaku usaha.

Harga komoditas juga terpantau normal, data yang dirilis Kementerian Perdagangan menunjukan bahwa pergerakan harga dari kamis (3/11) ke jumat (4/11) di tingkat nasional, hanya harga beras, minyak goreng, daging ayam dan cabe yang meningkat. Itu pun hanya terkoreksi tipis, harga beras naik dari Rp.10.711/Kg (pada 3/11) ke Rp.10.717/Kg (pada 4/11), harga minyak goreng bergerak dari Rp.11.489/Lt ke Rp.11.516/Lt, harga daging ayam dari Rp.29.932/Kg ke Rp.29.940/Kg, dan harga cabe naik dari Rp.50.196/Kg ke Rp.50.586/Kg.

Komoditas lain baik gula, tepung terigu, daging sapi, telur ayam, susu dan jagung, harganya justru menurun dan relatif stabil. Demikian juga dengan pergerakan harga di tingkat Provinsi DKI Jakarta, yang menjadi lokasi aksi dan diperkirakan akan terjadi gejolak, sesaat menjelang aksi dan setelah aksi bela Al-Qur’an tersebut, tidak terjadi pergolakan harga yang mencolok, pasar kembali menunjukan sentiment positif.

Roda perekonomian jutsru lebih bergairah saat hari aksi bela Al-Qur’an. Omset industri makanan melonjak, traffic perjalanan travel meningkat seiring dengan mobilisasi massa baik dari luar daerah ke Jakarta maupun di dalam kota Jakarta. Berbagai barang dagangan diperjualbelikan ditengah kumpulan massa yang begitu besar, pedagang tak khawatir rusuh, konsumsi masyarakat meningkat seakan-akan momentum berhari raya.

Kesejukan yang ditampilkan peserta aksi bela Al-Qur’an membuat IHSG rebound dari sebelumnya sedikit melemah sejak pukul 11.30 WIB hingga 14.00 WIB pada hari Jumat 4 November 2016 (Pembukaan di level 5,310 merosot ke level 5,307). Namun IHSG mulai berbalik menguat pada pukul 14.20 WIB ke level 5,331 dan berakhir dengan penutupan di level 5,349.

Kini, pasar menunggu langkah-langkah tegas pemerintah dalam menuntaskan kasus penistaan agama ini. Respon positif yang diperlihatkan pasar menunjukan kemurnian aksi bela Al-Qur’an yang berorientasi semata-mata untuk tegaknya hukum di tanah air. Namun apabila kasus ini tidak dituntaskan maka sangat dimungkinkan roda perekonomian akan terganggu, yang akan diawali dari panic selling, indeks harga bergerak cepat dan inflasi melonjak seperti respon pasar dalam peristiwa aksi unjuk rasa Mei 1998. Bila perekonomian terganggu, sentiment positif yang sudah ditunjukan pasar dapat berbalik. Apalagi bila ketidakjelasan kasus ini, kemudian melebar menjadi ketidakpercayaan terhadap penegakan hukum. Ini dapat berakibat fatal terhadap wibawa negara. #

No comments: