Tuesday, March 13, 2012

SKEMA PREMIUM 2 HARGA : Mengurai Solusi untuk Masalah BBM Bersubsidi

Ada sebuah gagasan yang cukup menarik, untuk mengatasi masalah harga BBM bersubsidi yang selalu dipermasalahkan bila harga minyak dunia melonjak tinggi. Skema Premium 2 harga, yaitu Rp.6.000/liter untuk Mobil Pribadi dan Motor, serta Rp.4.500/liter untuk Kendaraan Umum, Angkutan Pedesaan, Kendaraan Barang/Usaha Kecil Menengah.

Skema ini tidak akan terlalu banyak mengganggu inflasi. Harga sembako juga akan lebih terkendali karena biaya transportasi barang dan UKM tidak mengalami lonjakan berarti. Bila dilihat dari sisi penghematan Negara, dimana jumlah kendaraan umum, angkutan pedesaan, kendaraan barang/UKM yang hanya 7 % dari total seluruh kendaraan di Indonesia, maka dengan skema Premium 2 harga ini, jumlah penghematan Negara hanya berbeda sekitar 7 % bila dibandingkan dengan kebijakan menaikan harga BBM untuk seluruh moda transportasi.

Untuk mengurangi potensi penyelewengan, sistem IT dengan RFID (Radio Frekuensi Identification) dengan penjatahan, dapat menjamin keamanan dan ketepatan volume Premium yang diberlakukan 2 harga tersebut. Dibanding sistem Barcode dan Smart Card, sistem RFID yang berupa stiker ditempel di kendaraan umum, angkutan pedesaan, kendaraan barang/UKM ini, dapat mendeteksi kendaraan mana saja yang berhak dapat harga Rp.4.500/liter, dan melakukan penjatahan volume, terhadap kendaraan yang berhak dapat harga Rp.4.500/liter tersebut. Misalnya, sebuah angkot yang trayeknya Pulogadung-Kampung Melayu setiap bulannya menghabiskan 40 liter Premium, maka sistem RFID ini akan menjatahkan angkot tersebut sebanyak 40 liter per bulan dengan harga Rp.4.500/liter. Bila lebih dari itu, angkot tersebut harus membeli Premium dengan harga Rp.6.000/liter. Ini akan mengantisipasi kemungkinan supir angkot hanya membeli Premium kemudian menjualnya lagi ke mobil pribadi dengan margin tertentu, tanpa melakukan “tugas aslinya” mengantar penumpang sesuai trayeknya.

Bila skema ini secara IT bisa dijamin keberlangsungannya, maka tinggal kita lihat, apakah manfaat skema Premium 2 harga ini. Yang pertama, dengan mematok harga Premium untuk Kendaraan Umum. Angkutan pedesaan, kendaraan barang/UKM yang lebih murah, akan membuat masyarakat mulai beralih ke transportasi umum, karena tarifnya akan lebih ideal. Kendaraan Pribadi akan mulai ditinggalkan, ini akan mengurangi volume Premium yang harus disiapkan Pemerintah, kemacetan pun akan sedikit berkurang.
Yang kedua, bila harga minyak dunia melonjak, Pemerintah cukup menyesuaikan harga BBM untuk kendaraan pribadi saja (Mobil dan Motor Pribadi), sehingga harga BBM untuk Kendaraan Umum. Angkutan pedesaan, kendaraan barang/UKM yang lebih murah tidak akan disentuh lagi (kecuali ada bencana besar). Dengan demikian, kenaikan harga minyak tidak akan begitu banyak berpengaruh kepada harga sembako karena tidak menaikan biaya transportasi barang dan UKM. Inflasi pun akan lebih terjaga.

Catatan : Kelemahan sistem Barcode : Kode berupa garis-garis hitam dapat difotocopi dan digandakan, sehingga mudah dimanipulasi. Sedangkan kelemahan sistem Smart Card : Kartu Smart Card tersebut bias berpindah tangan, sehingga dapat dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak berhak mendapatkan subsidi BBM.

No comments: