Friday, April 16, 2010

INDONESIA KITA PEKAN INI

Priuk 'Nasi' berdarah lagi

Menyedihkan. Bangsa kita kayak nggak punya aturan main aja. Main serang, seradak-seruduk nggak karuan. Nggak mau belajar dari pengalaman.

Ini udah kali kedua ditempat yang sama, Tanjung Priuk. Dengan isu yang hampir sama pula, isu Agama. Cuma beda jumlah korbannya : Tahun 1984 ada 400an orang tewas (versi Tim Pencari Fakta SONTAK). Sekarang ada 3 orang tewas (hingga 15 April 2010).

Kalau tahun 1984 masalahnya berawal dari Sersan Hermanu yang masuk Masjid tanpa melepas sepatu, menyiram dinding mushala dengan air got, dan menginjak Al-Qur'an. Kini, Priuk berdarah berawal dari Buldozer Satpol PP yang dianggap akan menggusur makam yang disebut 'pasak bumi' oleh warga, Makam Mbah Priok, sebutan untuk Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad, yang juga dikenal sebagai Habib Hasan.

Terlepas dari dugaan rekayasa ataupun provokasi dari kerusuhan ini, harusnya pihak yang hendak bertikai sadar bahwa kerusuhan hanya akan membawa kerugian saja. Sehingga bisa mengantisipasi dan lebih persuasif dalam menghadapi perbedaan. Terminal Peti Kemas rugi Rp.3 Milyar karena tutup satu hari. Bila dihitung dari opportunity lost, keuntungan Peti Kemas per hari adalah Rp.3 Milyar, jadi kerugiannya juga segitu. Warga masyarakat jelas ruginya, karena luka-luka, trauma, dan ibu yang kehilangan anaknya. Satpol PP tentu rugi karena makian dan cacian rakyat, bahkan ada anggotanya yang tewas, ditambah pula adanya usulan pembubaran Satpol PP.

Pak Gubernur DKI juga ketiban rugi politis dan moral. Sebagai Orang nomor wahid di Jakarta, kekurangcermatan beliau mengantisipasi riak-riak yang terjadi di Tanjung Priok ini, bukan kali pertama, tentu kita masih ingat peristiswa terinjak-injaknya warga miskin saat pembagian uang lebaran tahun lalu. Seandainya Foke punya Team yang paham benar kondisi psikologis massa dan punya kemampuan antisipatif, tentu dia tak akan terjerat Hak Interpelasi DPRD yang kini sudah melayang kehadapannya. Foke harus 'berhadapan' dengan DPRD DKI Jakarta dan Rakyat Jakarta.

Diluar kerugian-kerugian itu, peristiwa Priok kali ini telah mengangkat popularitas makam mbah priok, membuat orang ingin tahu lebih jauh tentang sejarah nama Tanjung Priok, yang 'ternyata' dinisbatkan dari perjuangan suci sang Habib Hasan tahun 1727 yang menyebarkan Islam ke pulau Jawa. Perahu sang Habib diserang Belanda, sehingga terdampar dan meninggal dipesisir pantai, dimakamkan oleh warga pesisir, dan kapal yang ditumpanginya tersisa dayung pendek yang digunakan sebagai batu nisan dan 'sebuah priuk nasi' yang akhirnya diletakan di sisi makam.

Memang sudah sepantasnya situs sejarah Makam Mbah Priok dijadikan Benda Cagar Budaya, dan dilestarikan untuk Ilmu Pengetahuan dan kebudayaan yang akan kita wariskan untuk anak-cucu kita nanti. Sehingga perselisihan dengan PT. Pelindo selesai, agar 'Priuknya' tidak akan berdarah lagi.

No comments: