Monday, October 26, 2009

INDONESIA KITA PEKAN INI

KABINET PELIPUR LARA

Akhirnya, Pertarungan politik 2009 usai juga. Hari Rabu lalu, 21 Oktober 2009 pukul 22.00 WIB, bersamaan dengan diumumkannya Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid II oleh Presiden Terpilih, maka Format Kekuasaan sudah tergambar, siapa menjabat apa, siapa berkuasa dimana.

Sebelumnya, komposisi parlemen sudah terbentuk, termasuk 'pembagian jatah' Ketua MPR, Pimpinan DPR dan DPD, dan Ketua-ketua Komisi. Bila melihat komposisi pimpinan di Lembaga Tinggi & Tertinggi Negara : seperti Ketua MPR-DPR dan Lembaga kepresidenan, tahun ini menjadi suatu kemunduran bagi Parpol Islam dan Parpol berbasis masa Islam. Mari kita bandingkan : Tahun 1999, Ketua MPR dijabat Amin Rais (PAN), Presidennya Gusdur (PKB) meski setelah itu lengser diganti Megawati, namun terpilihnya Hamzah Haz (PPP) sebagai Wapres pendamping Mega menunjukkan bargaining Parpol Islam masih sangat kuat.

Kemudian tahun 2004, Presidennya dari Partai Demokrat, Wapres & Ketua DPR dari Golkar, tapi Parpol Islam masih menyisakan satu tempat, yang diambil PKS, yaitu Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. Namun tahun 2009 ini, baik Presiden, Wapres, Ketua MPR, Ketua DPR, tak satupun yang berasal dari Parpol Islam ataupun Parpol berbasis masa Islam, baik PKS, PAN, PKB, PPP, dan lain-lain.

Sekarang kita lihat format kabinet yang baru diumumkan beberapa waktu lalu. Ketika Presiden SBY mulai mengumumkan sampai dengan Mendagri, rasa skeptis masih terbayang berkalut-kalut. Betapa tidak, sebab posisi strategis seperti Mendagri ini diawal masa kemerdekaan selalu jadi langganannya Masyumi, minimal PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia). Dari Muh. Roem (Tahun 1946), lalu Warkhadun Wondoamiseno (PSII tahun 1947), Muh. Roem (kembali menjabat tahun 1948), sampai Sukiman (1949). Padahal saat itu Partai Masyumi sangat lantang menyuarakan “Tegakkan Syariat Islam” dan terang-terangan membawa bendera Islam, yang saat ini tak satu pun Parpol Islam dan Parpol berbasis masa Islam yang tegas-tegas menyuarakan seperti apa yang pernah dilakukan Masyumi, termasuk PKS sebagai Partai Islam Terbesar di tanah air saat ini.

Dari daftar kabinet yang berisi 34 Menteri tersebut, berbagai kepentingan bercampur menjadi satu bagian. Tentu ada kepentingan nasionalisme, bahkan ultra nasionalisme dan nasionalisme sekuler, ada titipan Amerika dan negara asing yang ingin meraup keuntungan besar, ada juga kepentingan pengusaha dan politikus yang berideologi uang, dan (mudah-mudahan) masih ada yang murni menyuarakan aspirasi umat Islam yang masih termarginalkan, semoga ini diperankan dengan jujur oleh 11 Menteri yang selama ini mengukuhkan dirinya sebagai representasi dari Parpol Islam dan Parpol berbasis masa Islam. Meskipun hanya 4 Menteri dari PKS, 3 dari PAN, 2 dari PKB, dan 2 dari PPP, (bila dipresentasekan seluruhnya adalah 32%), tentu ini menjadi pelipur lara bagi Perjuangan Politik Islam di tahun 2009 ini.

Kabinet 'Ganda Campuran'

Orang bilang bercampurnya berbagai kepentingan dalam KIB II ini ibarat irama melodi yang terdiri dari berbagai alat musik sehingga menghasilkan nada-nada yang indah. Tapi kalau percampurannya justru menimbulkan konflik yang tajam, untuk menelorkan undang-undang dan kebijakan pro-rakyat saja terlalu lama, ini akan jadi pertarungan yang tak menguntungkan rakyat, dan tak enak ditonton.

Rakyat akan berkata cerdas : Paling ada 'deal-deal' bagi-bagi uang dan kekuasaan dulu, atau berbagi campuran kepentingan lain, sebelum Undang-undang itu disetujui. Kalau ini gambarannya seperti permainan bulutangkis di ganda campuran, meskipun pertandingan final, akan selalu sepi penonton. Karena penonton akan lebih tertarik menunggu pertandingan Tunggal Putra, Tunggal Putri, atau Ganda Putra. Mereka bertanding, tapi penonton cuek, para pemimpin bangsa gontok-gontokan beradu kepentingan, kekuasaan dan kekayaan, maka rakyat pun akan acuh tak acuh semakin tak percaya.

Tapi memang kondisinya berbeda kalau para menteri mampu bekerja seperti irama melodi tersebut, menarik hati rakyat dan serius menangani kemiskinan. Ini seperti analogi ganda campuran Indonesia, yang sering menjadi penyelamat muka Indonesia dengan menjuarai kejuaraan Bulutangkis dunia, ketika semua pebulutangkis Indonesia bertumbangan, ganda campuran tersebutlah yang menjadi pelipur lara.


Kabinet 'Orang-orang yang terlanjur kaya'

Inilah ironi bangsa kita! Beberapa menteri KIB II yang terpilih sudah mengatakan tidak akan menempati rumah dinasnya, mereka lebih memilih tinggal di rumah pribadinya, karena rumah dinasnya hanya akan digunakan untuk acara seremonial saja seperti buka puasa bersama dan acara informal kementrian. Banyak menteri di KIB I juga melakukan hal serupa. "Beliau hanya menggunakan rumah dinas ini sebagai tempat singgah," kata Suwarno, salah satu penjaga rumah dinas di Komplek Menteri. "Rumah ini hanya dipakai untuk acara kantor, rapat-rapat" jelas Kliwon, salah seorang satpam di rumah dinas Menteri. (VIVAnews, http://id.news.yahoo.com/viva/2009)

Tapi coba kita bandingkan, ternyata diantara kemegahan para Menteri yang fasilitasnya dari rakyat juga, ada diantara rakyat Indonesia yang boro-boro punya rumah yang nyaman atau minimal layak huni, sebagian rakyat miskin hidupnya justru 'beralaskan tanah dan beratapkan langit.' Di Jakarta ini bukan pemandangan asing lagi.

Untuk masalah yang satu ini, sepertinya tangan kita terlalu pendek untuk menjangkau mereka, meski hanya memberikan saran agar mereka mau menyedekahkan hartanya, atau berzakat secara rutin 2,5% sebagaimana ketentuan ajaran Islam yang mereka anut, atau menyarankan mereka untuk menempati rumah dinas yang sudah disediakan Negara sekaligus mengizinkan fakir miskin dan anak yatim untuk menempati rumah pribadi mereka secara gratis meski hanya 5 tahun selama mereka menjabat... Wow ! Kalau ini bukan pelipur lara bagi rakyat miskin, tapi senyum sinis antar rakyat jelata itu sambil berujar : Mimpi kali ye......

No comments: