1. Siapapun Presiden yang akan menggantikan SBY, akan menghadapi
titik paling krusial saat menentukan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi.
2. Pertamina sudah mengumumkan bahwa kuota BBM bersubsidi 46 juta
kiloliter akan habis pada November 2014 ini.
3. Artinya, dalam beberapa hari kedepan kita akan menghadapi
kelangkaan BBM bersubsidi bila tak ada langkah-langkah konkrit
pemerintah.
4. Dua langkah pemerintah untuk mengatasi masalah ini sudah gagal
total. Pelarangan kendaraan plat merah mengkonsumsi BBM bersubsidi tak banyak
berpengaruh, serta proyek pemasangan RFID untuk membatasi kendaraan pribadi
mengkonsumsi BBM bersubsidi tak sampai 10% yang terpasang.
5. Setelah langkah-langkah itu gagal menuai hasil, pilihannya tinggal
2, yaitu menaikan harga BBM bersubsidi dengan segala resikonya, atau tidak
menaikan harga BBM bersubsidi tapi harus meminta persetujuan DPR-RI untuk
menambah kuota BBM yang artinya adalah menambah pengeluaran Negara untuk
anggaran subsidi BBM.
6. Kalau harga BBM tidak dinaikan, yang untung para importir, karena
hampir separuh kebutuhan BBM dalam negeri di impor akibat kilang minyak
Indonesia tidak sanggup memenuhinya. Kuota ditambah artinya menambah jumlah
impor dan menambah keuntungan importir.
7. Kalau harga BBM dinaikan, yang dapat untung juga para konglomerat asing
dan cukong-cukong minyak, dengan harga BBM (premium ataupun solar) yang tinggi dan semakin mendekati harga Shell dan Total, maka SPBU-SPBU asing akan leluasa karena pasar sudah dibuka dan bisa merajalela karena punya basis dana yang kuat.
8. Kalau harga BBM tidak dinaikan (itu artinya menambah kuota BBM),
yang rugi rakyat kecil, pembangunan infrastruktur akan melambat akibat ruang
fiskal di APBN yang semakin sempit (anggaran habis untuk subsidi BBM).
9. Kalau harga BBM dinaikan, rakyat kecil juga yang akan ketiban
pulung, harga-harga barang khususnya sembako melonjak akibat biaya transportasi
makin mahal.
10.
Benar-benar Bagai Makan (BBM) “buah simalakama” kalau dimakan ibu
mati, tak dimakan ayah mati.
11.
Ini akibat pemerintah tak pernah serius menangani energi
alternatif pengganti minyak, sehingga ketergantungan terhadap BBM sangat besar.
12.
Juga tak pernah konsisten membangun transportasi publik yang
nyaman dan aman, malah memproduksi mobil murah LCGC.
13.
Solusinya, kembangkan Bahan Bakar Gas (BBG) sebagai energi
alternatif di sektor transportasi, serta bangun transportasi umum yang
terintegrasi mulai bus hingga kereta yang mengkonsumsi Bahan bakar lebih
sedikit namun mampu memindahkan masyarakat lebih banyak. #
No comments:
Post a Comment