Tuesday, January 07, 2014

Harga Gas Elpiji, BBM dan TTL (Tarif Tenaga Listrik)

1.      Pemerintah serius menaikan harga BBM dan TTL (Tarif Tenaga Listrik) tahun 2013 lalu, tapi  "BER-DAGELAN POLITIK" menaikan harga gas elpiji 
2.      Harga gas elpiji 12 Kg awalnya naik Rp.3.959/kg. Harga 1 tabung gas yang semula Rp.74.700  diumumkan naik menjadi Rp.122.400, atau naik Rp.47.700/tabung. Tak lama kemudian direvisi oleh Presiden SBY. (Padahal dalam RUPS-Rapat Umum Pemegang Saham Pertamina, ada  perwakilan Menteri BUMN dan Menteri ESDM, tak jelas bagaimana koordinasi Presiden dan pembantu-pembantunya dalam membuat kebijakan ini).
3.      Kata Pemerintah melalui Pertamina, kenaikan harga jual gas 12 kg ini untuk menekan kerugian perseroan yang tiap tahunnya di atas Rp.5 triliun. Apalagi dengan melemahnya rupiah dan melonjaknya harga minyak dunia (cat: fluktuasi harga gas selalu mengikuti harga minyak dunia), maka kerugian makin besar, di atas Rp.5,7 triliun. Setelah di revisi Presiden, tak jelas apakah benar-benar rugi atau tidak.
4.      Tidak ada statemen dari pemerintah terkait produksi gas yang banyak “dilarikan” keluar negeri.
5.     Padahal pemerintah tahu bahwa kontrak gas yang puluhan tahun dengan pihak asing itu sangat merugikan rakyat, karena gas Indonesia banyak  di ekspor ke luar negeri justru di saat kebutuhan dalam negeri sedang tinggi saat ini (adanya program konversi minyak tanah ke gas, BBG untuk transportasi, dan lain sebagainya).
6.      Akibatnya, hukum supply-demand yang berlaku, ketika permintaan tinggi, namun supply berkurang (pasokan gas dalam negeri jadi sedikit karena di ekspor) sehingga harga meroket...
7.      Dulu, PLN dan Industri Keramik yang kekurangan gas, sekarang rumah tangga juga.
8.      Apalagi pemerintah tahun 2014 nanti mengurangi lifting (produksi) gas dari 1,36 juta BOEPD (APBN 2013) menjadi 1,24 juta BOEPD (APBN 2014). Produksi gas diturunkan, padahal kebutuhan dan konsumsi akan semakin naik. (BOEPD: Barrel Oil Equivalent Per Day atau Barrel setara minyak).
9.      Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menganggap kerugian Pertamina adalah kerugian negara, akibat menanggung kerugian atas bisnis elpiji non subsidi sejak 2009 hingga 2013 mencapai 22 triliun. Mengapa tidak di antisipasi sejak dulu dengan melakukan renegosiasi kontrak gas dengan pihak asing yang menguasai ladang gas Indonesia.
10.  Atau mempertahankan produksi gas dengan memperbanyak eksplorasi gas yang sejak 10 tahun terakhir terus menurun. Sejak tahun 2000, nyaris tidak ditemukan cadangan gas di blok baru. Sehingga produksi hanya mengandalkan lapangan-lapangan tua yang sudah matured.
11.  Ini akibat pemerintah memandang energi sebagai komoditas dagang, bukan sebagai modal pembangunan.
12.  Hasil Survey dari Fraser Institute Canada, kondisi Industri Migas di Indonesia adalah salah satu yang terburuk di dunia, Dari 133 Negara/Wilayah yang disurvey, Indonesia berada diurutan 111. Sedangkan untuk Kawasan Oceania, posisi Indonesia hanya lebih baik dari Timor Leste.
13.  Bila harga gas elpiji 12 kg naik, maka akan terjadi migrasi konsumen ke gas elpiji 3 kg. Jika itu terjadi, akibatnya adalah kelangkaan gas elpiji 3 kg…. Lalu, harga gas bisa naik lagi (kembali ke hukum supply-demand).
14.  Harusnya Pertamina melakukan terobosan, dengan memonitoring penyaluran gas elpiji 3 kg hingga pangkalan/agen, bahkan ke titik akhir (konsumen), memastikan pengguna gas elpiji 3 kg yang disubsidi adalah benar-benar untuk rakyat yang membutuhkan (tepat sasaran). Bila perlu gunakan sistem pasar tertutup khusus untuk elpiji 3 kg (sebagaimana sistem raskin, BLT dan lainnya). Selamatkan rakyat kecil. Disini titik tekan yang harus diperhatikan seluruh pemangku kepentingan (pejabat publik).
15.  Pemerintah juga perlu terus mengantisipasi praktik pengoplosan, yang akan semakin marak bila disparitas harga jual elpiji 12 kg dengan 3 kg semakin besar. Gas elpiji 3 kg yang disubsidi akan dioplos ke gas elpiji 12 kg untuk dapatkan keuntungan besar.
16.  Pemerintah juga perlu terus memastikan pasokan gas elpiji 3 kg agar tidak langka di masyarakat. Ingat, pemerintah juga yang dulu telah mendorong konversi minyak tanah ke gas karena minyak tanah sudah langka.
17.  Atau buatlah varian tabung LPG, misalnya ukuran 5 kg, 8 kg atau 10 kg, agar pembelian tidak memberatkan bagi yang tidak menerima subsidi gas elpiji. Banyak pilihan di tengah masyarakat, untuk mengantisipasi kelangkaan gas elpiji yang disubsidi.
Selamatkan Kekayaan Energi Indonesia....

No comments: