Tuesday, November 19, 2013

Ekonomi China, Keluar dari Sosialis Menuju Ekonomi Pasar


Sepanjang sejarah Republik Rakyat Cina sejak 1954 selalu dipimpin oleh partai komunis Cina yang diktator. Pemimpin diktator diperlukan mengingat rakyat Cina adalah rakyat yang susah diatur. Dengan memiliki pemimpin bertipe seperti ini, mulai dari Mao Zedong, Hu Jintao hingga Xi Jinping, Cina dapat dengan mudah melakukan banyak perubahan-perubahan termasuk keluar dari jalur ekonomi sosialis menuju ekonomi pasar.

Meski disebut sebagai pelopor ekonomi sosialis, Cina saat ini telah menghapuskan penekanannya pada sistem komune yang tidak alami dan tidak manusiawi yang dengan paksa telah ditekankan oleh Mao Zedong pada tahun 1950an, lewat berbagai perubahan yang dipimpin juga oleh Partai Komunis Cina.

Faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah Cina menganggap bahwa reformasi tersebut dapat lebih mensejahterakan rakyatnya secara lebih berkesinambungan, karena bertujuan untuk mewujudkan suatu desentralisasi parsial dalam metode pengambilan keputusan ekonomi dengan membolehkan mekanisme pasar dan inisiatif pribadi untuk memainkan peran yang lebih besar dalam alokasi dan distribusi sumber daya. Namun perusahaan-perusahaan negara tetap harus diberi otonomi lebih besar dalam merencanakan operasi, pengamanan input, dan penetapan harga output mereka. Kebanyakan kendali atas perusahaan-perusahaan ini harus dilonggarkan untuk mendukung terbentuknya manajemen perusahaan yang mandiri. Harga-harga pasar, gaji dan kurs harus ditetapkan dan subsidi harus dipotong untuk menurunkan defisit anggaran. Penekanan tidak semestinya yang diberikan kepada industri berat harus dikurangi untuk lebih diberikan kepada agriculture dan industri-industri barang-barang konsumsi.

Kalau dilihat dari sejarahnya, perubahan di Cina ini terjadi sejak akhir 1978, kepemimpinan Cina telah memperbaharui ekonomi dari ekonomi terencana sosialis (seperti Uni Soviet) ke ekonomi yang berorientasi-pasar tapi masih dalam sistem politik yang kaku dari Partai Komunis. Istilah yang mereka sebut adalah “sosialisme dengan karakteristik Cina” (Jadi sebenarnya Cina tidak sepenuhnya beralih menjadi ekonomi pasar). Yaitu dengan melonggarkan pengawasan harga, sehingga Cina berubah dari ekonomi terpimpin/sosialis-komunis menjadi ekonomi campuran.

Pemerintah Cina tidak lagi menekankan kesamarataan saat mulai membangun ekonominya, sebaliknya pemerintah menekankan peningkatan pendapatan pribadi dan konsumsi serta memperkenalkan sistem manajemen baru untuk meningkatkan produktivitas. Pemerintah juga memfokuskan diri dalam perdagangan asing sebagai kendaraan utama untuk pertumbuhan ekonomi. Untuk itu mereka mendirikan lebih dari 2000 Zona Ekonomi Khusus di mana hukum investasi diregulasi untuk menarik modal asing.

Meskipun karakter penduduk (institusi) Cina jauh berbeda dengan karakter institusi di Negara Eropa misalnya, namun perubahan ini diyakini dapat berlangsung berkesinambungan dan terus bertahan lama. Hal ini disebabkan sifat mayoritas manusia (khususnya di Cina) yang juga mengejar keuntungan, kesejahteraan dan kemakmuran (bounded rasional). “Bila kami sejahtera, apapun sistem ekonominya pasti kami dukung,” begitu kira-kira pendapat penduduk Cina. Sehingga ideologi di Cina lambat laun diperkirakan juga  akan bergeser, tidak lagi berbasis pada komunisme tapi berbasis pada kesejahteraan rakyat.

Argumentasi ini didukung oleh hasil dari perubahan jalur ekonomi tersebut yang telah melonjakan angka Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) di Cina.  PDB meningkat empat kali lipat sejak 1978. Cina menjadi ekonomi ke enam terbesar di dunia dari segi nilai tukar, dan ketiga terbesar di dunia setelah Uni Eropa dan Amerika Serikat dalam daya beli. Pendapatan tahunan rata-rata pekerja Cina adalah $1.300. Perkembangan ekonomi Cina diyakini sebagai salah satu yang tercepat di dunia, yaitu sekitar 7-8% per tahun menurut statistik pemerintah Cina. Ini menjadikan Cina sebagai fokus utama dunia pada masa kini yang melibatkan hampir semua negara, termasuk negara Barat yang mengkritik Cina, ingin sekali menjalin hubungan perdagangan dengannya. Cina sejak tanggal 1 Januari 2002 telah menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia.

Bahkan setelah sekian tahun merubah sistem ekonominya, atau pada tahun 2003, PDB Cina dari segi purchasing power parity mencapai $6,4 trilyun, menjadi terbesar kedua di dunia. Dengan menggunakan penghitungan konvensional, Cina diurutkan di posisi ke-7. Meski jumlah populasinya sangat besar, Cina masih mampu memberikan PNB rata-rata per orang sekitar $5.000, sekitar 1/7 Amerika Serikat. Laporan pertumbuhan ekonomi resmi untuk 2003 adalah 9,1%. Diperkirakan oleh CIA pada 2002 bahwa agrikultur menyumbangkan sebesar 14,5% dari PNB Cina, industri dan konstruksi sekitar 51,7% dan jasa sekitar 33,8%. Pendapatan rata-rata pedesaan sekitar sepertiga di daerah perkotaan, sebuah perbedaan yang telah melebar di dekade terakhir. Oleh karena ukurannya yang amat luas dan budaya yang amat panjang sejarahnya, Cina dapat menjadi sebuah negara penguasa ekonomi.

Akhirnya, Rakyat Cina sepakat dengan perubahan sistem yang dulunya pernah dipopulerkan dan di doktrin secara hebat oleh Mao Zadong yang terkenal dengan sistem Maois (merubah model kepemilikan perseorangan menjadi model kolektivisasi Soviet pada masa Stalin).#

No comments: