Sepanjang sejarah Republik Rakyat Cina sejak 1954
selalu dipimpin oleh partai komunis Cina yang diktator. Pemimpin diktator diperlukan mengingat rakyat Cina adalah rakyat yang susah
diatur. Dengan memiliki pemimpin bertipe seperti ini, mulai dari Mao Zedong, Hu
Jintao hingga Xi Jinping, Cina dapat dengan mudah melakukan banyak
perubahan-perubahan termasuk keluar dari jalur ekonomi sosialis menuju ekonomi
pasar.
Meski disebut sebagai pelopor ekonomi sosialis, Cina saat ini telah menghapuskan
penekanannya pada sistem komune yang tidak alami dan tidak manusiawi yang
dengan paksa telah ditekankan oleh Mao Zedong pada tahun 1950an, lewat
berbagai perubahan yang dipimpin juga oleh Partai Komunis Cina.
Faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah Cina
menganggap bahwa reformasi
tersebut dapat lebih mensejahterakan rakyatnya secara lebih berkesinambungan,
karena bertujuan
untuk mewujudkan suatu desentralisasi
parsial dalam metode
pengambilan keputusan ekonomi dengan membolehkan mekanisme pasar dan inisiatif
pribadi untuk memainkan peran yang lebih
besar dalam alokasi dan distribusi sumber daya. Namun perusahaan-perusahaan negara tetap harus diberi otonomi
lebih besar dalam merencanakan operasi, pengamanan input, dan penetapan
harga output mereka. Kebanyakan kendali atas perusahaan-perusahaan ini harus dilonggarkan
untuk mendukung terbentuknya manajemen perusahaan yang mandiri. Harga-harga pasar, gaji
dan kurs harus ditetapkan dan subsidi harus dipotong untuk menurunkan
defisit anggaran. Penekanan tidak semestinya yang diberikan kepada industri
berat harus dikurangi untuk lebih diberikan kepada agriculture dan industri-industri
barang-barang konsumsi.
Kalau dilihat dari sejarahnya, perubahan di Cina ini
terjadi sejak
akhir 1978, kepemimpinan Cina telah memperbaharui
ekonomi dari ekonomi
terencana sosialis (seperti Uni Soviet) ke ekonomi yang
berorientasi-pasar tapi masih dalam sistem politik yang kaku dari
Partai Komunis. Istilah yang mereka sebut adalah “sosialisme dengan karakteristik
Cina” (Jadi sebenarnya Cina tidak sepenuhnya beralih menjadi ekonomi pasar).
Yaitu dengan melonggarkan pengawasan
harga, sehingga
Cina berubah dari ekonomi terpimpin/sosialis-komunis menjadi ekonomi campuran.
Pemerintah Cina
tidak lagi menekankan kesamarataan saat mulai membangun ekonominya, sebaliknya
pemerintah menekankan peningkatan pendapatan pribadi dan konsumsi serta
memperkenalkan sistem manajemen baru untuk meningkatkan produktivitas. Pemerintah
juga memfokuskan diri dalam perdagangan asing sebagai kendaraan utama untuk
pertumbuhan ekonomi. Untuk itu mereka mendirikan lebih dari 2000 Zona Ekonomi
Khusus di
mana hukum investasi
diregulasi untuk menarik modal asing.
Meskipun karakter penduduk (institusi) Cina jauh
berbeda dengan karakter institusi di Negara Eropa misalnya, namun perubahan ini
diyakini dapat berlangsung berkesinambungan dan terus bertahan lama. Hal ini
disebabkan sifat mayoritas manusia (khususnya di Cina) yang juga mengejar
keuntungan, kesejahteraan dan kemakmuran (bounded rasional). “Bila kami
sejahtera, apapun sistem ekonominya pasti kami dukung,” begitu kira-kira
pendapat penduduk Cina. Sehingga ideologi di Cina lambat laun diperkirakan juga
akan bergeser, tidak lagi berbasis pada
komunisme tapi berbasis pada kesejahteraan rakyat.
Argumentasi ini didukung oleh hasil dari perubahan
jalur ekonomi tersebut yang telah melonjakan angka Pertumbuhan Domestik Bruto
(PDB) di Cina. PDB meningkat
empat kali
lipat sejak
1978. Cina menjadi ekonomi ke enam terbesar di dunia dari segi nilai tukar, dan ketiga
terbesar di dunia setelah Uni Eropa dan Amerika Serikat dalam daya beli.
Pendapatan tahunan rata-rata pekerja Cina adalah $1.300. Perkembangan ekonomi Cina
diyakini sebagai salah satu yang tercepat di dunia, yaitu sekitar 7-8% per
tahun menurut statistik pemerintah Cina. Ini menjadikan Cina sebagai fokus utama
dunia pada masa kini yang melibatkan hampir semua negara, termasuk negara
Barat yang mengkritik Cina, ingin sekali menjalin hubungan perdagangan
dengannya. Cina sejak tanggal 1 Januari 2002 telah menjadi anggota Organisasi
Perdagangan Dunia.
Bahkan setelah sekian tahun merubah sistem ekonominya,
atau pada tahun 2003, PDB Cina dari segi purchasing
power parity mencapai $6,4 trilyun,
menjadi terbesar kedua di dunia. Dengan menggunakan penghitungan konvensional, Cina
diurutkan di posisi ke-7. Meski jumlah populasinya sangat besar, Cina masih mampu
memberikan PNB rata-rata per orang sekitar $5.000, sekitar 1/7 Amerika
Serikat. Laporan pertumbuhan ekonomi resmi untuk 2003 adalah 9,1%. Diperkirakan
oleh CIA pada 2002 bahwa agrikultur menyumbangkan sebesar 14,5% dari PNB
Cina, industri dan konstruksi sekitar 51,7% dan jasa sekitar 33,8%. Pendapatan
rata-rata pedesaan sekitar sepertiga di daerah perkotaan, sebuah perbedaan yang telah
melebar di dekade terakhir. Oleh
karena ukurannya yang amat luas dan budaya yang amat panjang sejarahnya, Cina
dapat menjadi sebuah
negara penguasa ekonomi.
Akhirnya, Rakyat Cina sepakat dengan perubahan sistem
yang dulunya pernah dipopulerkan dan di doktrin secara hebat oleh Mao Zadong
yang terkenal dengan sistem Maois (merubah model kepemilikan perseorangan menjadi model
kolektivisasi Soviet
pada masa Stalin).#
No comments:
Post a Comment