Monday, March 15, 2010

Hidup ini Seperti Mengarungi Lautan Lepas

Seorang Murid bertanya pada Gurunya. ”Ustadz, saya mau mundur dari Aktifitas Dakwah ini, karena saya merasa Orang-orang dalam Organisasi dakwah ini sudah tidak disiplin lagi, sering terlambat menghadiri rapat, sering meremehkan pekerjaan dan janji-janjinya, sering lupa membantu yang lemah, nggak jelas lagi orientasinya. Karena orang-orang dalam Organisasi ini ada juga yang korupsi, diduga menerima suap, berakhlak tidak santun, dan meremehkan saudaranya yang lain....”

Begitu panjang si Murid mengutarakan kegundahannya kepada organisasi yang saat ini dinaunginya. Sang Guru kemudian membuat sebuah perumpamaan : ”Wahai Saudaraku, hidup ini seperti mengarungi laut lepas. Bila engkau sedang berada dalam sebuah kapal ditengah laut. Kapal itu banyak lubang kebocoran disana-sini. Meski air laut sudah masuk ke dalam kapal, namun Nahkoda menjamin TIDAK AKAN KARAM, Kita masih sanggup berlayar sampai tujuan. Apakah dengan keadaan seperti itu engkau akan melompat keluar kapal itu dan terjun ke laut lepas?”

Mungkin pada saat-saat awal engkau akan MERASAKAN KEBEBASAN yang sangat nikmat berenang dilaut lepas (tidak terikat lagi dengan kepentingan organisasi, tidak diperintah lagi untuk rapat dan mengadakan kegiatan dakwah). Namun, apakah engkau yakin engkau tidak akan berjumpa ikan-ikan hiu yang buas yang bisa menerkammu setiap saat. Apakah engkau sanggup berenang sampai tujuanmu (Allah SWT dan Syurga-Nya).

ENGKAU MERASAKAN KEBEBASAN pada saat yang sama ENGKAU MELIHAT TEMAN-TEMANMU SEDANG SIBUK MEMPERBAIKI KAPAL ITU AGAR TETAP KOKOH. Mereka juga teguh berusaha sekuat tenaga menyadarkan teman-teman lain yang telah khilaf yang membuat Kapal jadi bocor.

Atau... Engkau ingin pindah ke Kapal lain... Yang mungkin menurutmu Kapal itu lebih teduh, lebih nyaman... Namun apakah engkau tahu kemana tujuan Kapal itu, samakah dengan tujuanmu (Ingin ke Syurga, ingin Khilafah Islam ini Tegak, Ingin Berjumpa Allah SWT) ? Bila pun sama, akankah engkau tahu kemana rute-nya, berapa kecepatan tempuhnya... (Bagaimana Manhaj-nya, dan cara-caranya menegakkan Islam ini)

Si Murid tercengang...termenung beberapa saat... Dia memang tidak layak memperlakukan Dakwah seperti ini.... ”Saya memang TERLALU EGOIS...” Saya terlalu sering mementingkan kenyamanan saya dan keluarga... padahal banyak yang lebih membutuhkan, dan itulah tanggung jawab saya.

Sang Guru pun menutup kalimatnya, ”Ketahuilah juga Saudaraku : Dakwah ini akan tetap tegak meski tanpa engkau, sebab DAKWAH INI TIDAK MEMBUTUHKAN ENGKAU... Engkau lah yang seharusnya membutuhkan Dakwah – Untuk melapangkan jalan ke Syurga !!! (Demikian tegasnya Kalimat ini – sampai tanda serunya tiga kali). Ketahuilah juga : ”Kekuasaan & kekayaan Allah tidak akan bertambah bila seluruh manusia beriman kepada-Nya, sama halnya dengan kekuasaan & kekayaan Allah tidak akan berkurang bila seluruh manusia kafir kepada-Nya...” Wallahu a'lam.

1 comment:

Munashoroh Indonesia said...

Munashoroh Test